Jangan Terlalu Over Happines, Sisakan Ruang Untuk Terima Ujian dari Tuhan
Table of Contents
Saya punya teman yang ketika dia sedang mendapatkan kebahagiaan, langsung update status di WhatsApp. Awalnya saya hanya menjadi penonton saja hingga akhirnya teman saya itu beberapa kali curhat kalau dia sedang punya masalah dalam hidupnya.
Kemudian selang beberapa waktu kemudian, saya mencoba beranikan diri mengatakan kepada teman agar jangan terlalu mengumbar kebahagiaan yang diperoleh melalui update status di media sosial. Nyatanya teman saya itu tak lama setelah mengumbar rasa bahagianya, kemudian mendapat masalah yang tidak diinginkan. Siapa coba yang ingin dapat masalah hidup.
Ada yang bilang ain itu nyata adanya, tapi wallahu A'lam. Bagi sebagian orang ada yang tidak setuju dengan adanya penyakit ain itu. Namun karena saya orangnya suka mencari tahu, akhirnya saya pun berusaha membaca lebih banyak untuk memahami apa yang disebut dengan 'ain tersebut.
Ain adalah penyakit yang datang pada diri manusia dan ditimbulkan dari dalam hati. Penyakit ain dalam pandangan Islam merupakan penyakit yang timbul dari pandangan mata dimana kaitannya dengan perasaan hati yaitu iri dan dengki.
Jadi misalnya saja yang terjadi dengan teman saya itu, sebut saja namanya Mawar dimana dia sering sekali update status jika sedang mendapat kebahagiaan. Lalu tak lama Mawar menjadi sedih karena mendapat ujian dalam hidupnya. Jadi seolah jarak antara bahagia dan sedih itu tipis sekali.
Manusia inginnya sih senang dan bahagia terus donk ya. Kalau bisa seumur hidup. Namun kita hanya manusia yang menjalankan semua takdir dari Tuhan. Yang bisa kita lakukan hanyalah berusaha sebaik mungkin dan berdoa agar hanya hal baik yang menghampiri dalam hidup ini.
Lalu mengapa sih sebaiknya kita tidak over happines jika sedang mendapatkan berita gembira, mungkin beberapa alasan berikut bisa menjelaskannya:
- Ada orang lain yang tidak suka dengan kebahagiaan kita
Bisa saja ketika kita mengunggah status di media sosial tentang kesuksesan maupun kebahagiaan, ada segelintir orang yang tidak suka dengan hal tersebut. Memang sih urusan hati itu tidak bisa dipaksakan ya. Ibaratnya, kalau kamu tidak suka ya sudah mending mute saja status saya di WhatsApp.
Sah-sah saja kok ketika ingin berbagi kebahagiaan di media sosial, namun sebisa mungkin minimalkan caption yang bombastis. Misalnya saja nih ada seseorang baru saja menerima rezeki dalam bentuk uang tunai lalu unggah status berikut, "Alhamdulillah baru saja dapat rezeki nih, semua berkat kesabaranku selama ini akhirnya berbuah hasil. Sekarang aku bisa punya emas 100 gram nih di tabungan."
Di luar sana mungkin ada banyak manusia yang sedang berjuang menabung juga kok agar pundi-pundi tabungannya bertambah tapi mungkin tidak diperlihatkan. Jadi bisa saja jika ingin buat status sedang dapat rezeki bisa dipersingkat seperti ini, "Alhamdulillah dapat rezeki, Allah Maha Baik".
Eh kok saya ngatur ya orang lain bikin status, wkwkwkw. Ya itu hanya pendapatku saja sih gaes. Kembali lagi ke pribadi masing-masing yaaa...
- Ada orang lain yang mungkin tidak seberuntung kita
Ada lagi nih saya lihat beberapa public figure suka pamer di media sosial sedang makan di restoran mahal di ibukota. Kalau saya sih karena jarang lihat unggahan para publik figure maka tak pernah menggubris ya. Namun di sekeliling kita biasanya ada sebagian orang yang suka unggah kegiatan mereka di mesia sosial dengan tujuan ingin flexing atau pamer. Ya itu tadi, misalnya seperti sedang makan di restoran mewah.
Saya pribadi sih sebagai blogger paham saja jika ada sebagian teman yang posting foto di sebuah restoran, dalam hati pasti berpikir "bisa jadi mereka diendorse", sehingga tidak pernah berpikir macam-macam.
Namun bagaimana jika memang circle seseorang itu bukan blogger maupun kontent kreator seperti saya? Bisa jadi unggahan temannya dianggap pamer kan ye...Ada orang yang hidupnya mungkin tidak seberuntung kita, sehingga di beberapa kesempatan mungkin kita harus peka terhadap kondisi sebagian teman tersebut.
- Sebagai antisipasi agar siap dengan ujian Tuhan yang lain
Terlalu over happines juga kadang membuat kita tidak siap ketika tiba-tiba mendengar kabar kurang enak dalam hidup ini. Pernah saya juga melihat status teman di Facebook dimana dia terlihat sangat bahagia sekali dengan lingkungan barunya. Hampir setiap hari teman saya itu posting kebahagiaan di akun media sosialnya. Tiba-tiba tak lama kemudian, dia mengeluh di salah satu status terbarunya kalau baru saja mendapat cobaan kembali.
Itulah kenapa kita setidaknya menyisakan ruang di hati untuk bersiap menerima apabila Tuhan memberikan ujian hidup. Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi sekian menit bahkan sekian detik dalam hidup ini.
Penutup
Berani ga mulai sekarang kita coba untuk tidak over happines terhadap segala bentuk anugerah hidup yang diterima. Berani ga kita simpan rapat-rapat dalam hati kecil ini, dan cukup keluarga inti saja yang tahu tentang kebahagiaan yang sedang diterima.
Tapi kembali lagi, itu semua adalah pilihan kalian juga kok. Tidak ada paksaan atau larangan untuk menutup rapat-rapat kebahagiaan yang sedang kita dapatkan. Namun berilah ruang sedikit di hati kalian untuk berjaga-jaga, jika saja di tengah kebahagiaan itu akan ada sedikit ujian hidup yang Tuhan mungkin beri.
Sebagai manusia, kita juga wajib memperbanyak literasi agar wawasan lebih terbuka dan kita pun siap menerima perbedaan apabila di beberapa literasi itu ada yang tidak sesuai dengan prinsip kita.
Jika kalian merasa masih membutuhkan bacaan berkualitas mengenai perilaku manusia, maka ada beberapa Blog gaya hidup yang bisa dijadikan rekomendasi untuk dibaca. Blog gaya hidup biasanya membagikan pengalaman penulisnya dalam hal kesehatan, traveling, makanan dan masih banyak lagi hal menarik lainnya.
Nah, jika kalian merasa hidup stuck dikarenakan banyak masalah seputar finansial, boleh juga untuk mencari Blog tentang keuangan yang akan membuka wawasan seputar bagaimana seharusnya kita bisa mengelola keuangan dengan bijak dan tips-tips keuangan lainnya yang bisa diterapkan dalam hidup.
Tulisan ini sejatinya hanya curcolan biasa, mengingat saya pribadi masih jauh dari kesempurnaan dan terkadang masih suka narsis juga di media sosia, hehehe. Semoga menginspirasi.
Referensi:
https://www.gramedia.com/literasi/penyakit-ain-adalah/?srsltid=AfmBOorb4FIg4jVyrC84d4XScQQn98cgnGdz1TJklJpgrH5LxnSEw4Sq
Posting Komentar