Cara Membedakan Ego atau Cinta

Daftar Isi
Ego atau Cinta
Credit Photo: Pixabay

Sering kali pada sebagian orang salah menempatkan implementasi antara ego dan cinta. Bisa jadi saya sendiri salah dalam memahami arti dari ego dan cinta selama ini. Ego lebih cenderung berfokus pada diri sendiri dan tidak pernah memperhatikan dari sisi perasaan orang lain,

Contohnya saja hubungan antara orangtua dengan anak, dimana kita cenderung yakin jika hubungan yang terjalin adalah berlandaskan cinta. Namun sudahkah orangtua menyadari jika selama ini mereka benar-benar cinta kepada anak, dan bukan memaksakan ego kepada buah hati karena mungkin dulu cita-cita yang tak dapat diraih.

Saya ingin mengambil contoh pada beberapa orangtua yang terkadang suka memaksakan kehendak kepada anak di bidang pendidikan. Orangtua menuntut anak untuk bisa masuk ke fakultas Teknik, sementara anak lebih suka masuk fakultas Psikologi. Orangtua beralasan bahwa anaknya lebih cocok jika masuk ke fakultas Teknik, padahal mungkin saja jurusan tersebut merupakan impian orangtua ketika muda namun tak dapat diraih, sehingga harapan jatuh pada anak untuk meneruskan impian yang tertunda.

Dari sini terlihat bahwa ego orangtua lebih besar ketimbang rasa cinta yang dimiliki dalam memutuskan orientasi pendidikan anak. Dampaknya tentu akan kurang baik jika di kemudian hari anak justru tidak berminat sama sekali dengan pilihan orangtua. Anak bisa malas berkuliah bahkan dampak terburuk jika gagal dalam pendidikan maka anak akan menyalahkan orangtua.

Dari contoh di atas, sebenarnya akan sangat jelas dalam membedakan ego dan cinta yaitu:

1. Ego Cenderung Memaksa, Sementara Cinta Tidak Memaksa

Jika memang kalian sayang dengan seseorang entah itu pasangan, anak atau sahabat maka tak ada yang namanya paksaan terhadap sesuatu hal. Orangtua yang baik dan mencintai anak, akan mendukung segala kreativitas anak yang penting bermanfaat. Sementara seseorang yang tulus mencintai tidak pernah memaksakan sesuatu hal kepada pasangannya hanya demi kesenangan salah satu pihak saja.

Seseorang yang tidak egois akan tulus akan menerima saran dari orang lain demi kebaikan dirinya. Meskipun saran dari orang lain terasa berat untuk dilakukan namun orang yang tidak egois tetap menunjukkan sikap santunnya di hadapan orang tersebut.

2. Tidak ada tuntutan dalam cinta, sementara ego sebaliknya

Jangan karena Anda merasa sebagai orangtua yang telah melahirkan dan membesarkan anak, lantas bisa dengan seenaknya menyuruh anak memilih jurusan dalam pendidikan yang tidak disukai. 

Atau misalkan ada seorang suami yang bekerja mencari nafkah penuh, sementara istri merupakan ibu rumah tangga penuh sehingga suami merasa berhak untuk mengatur pengeluaran istri tanpa ada celah istri bisa melakukan me time bagi dirinya sendiri. 

Seharusnya suami menyadari bahwa istrinya lelah mengurus rumah tangga dan membiarkan istrinya untuk mengelola keuangan rumah tangga secara penuh asalkan penuh tanggung jawab. Suami bisa berfungsi sebagai pengawas dan mengontrol apabila istri sudah mulai sedikit konsumtif dalam membelanjakan uang bulanan. Tak perlu sampai mengedepankan ego ketika mengelola keuangan rumah tangga.

Memiliki ego tinggi juga membahayakan kondisi mental kita. Terlalu egois bisa menghilangkan rasa empati kita terhadap kesulitan hidup orang lain. Namun terlalu merendah demi menyenangkan orang lain juga tidak baik bagi kesehatan mental manusia. 

Jadilah manusia yang berada di tengah-tengah agar bisa memiliki rasa empati dalam kehidupan ini. Turunkan ego diri sendiri demi menjaga hati orang-orang yang ada di sekeliling kita.

Semoga bermanfaat.

Posting Komentar