Agar Tidak Stres Menghadapi Anak yang Sering Bertengkar
Mumtazia
(7 tahun) berusaha mempertahankan penyangga mix mainannya, sementara Hiru (2
tahun) gesit merebut yang dipegang kakaknya. Entah bagaimana ceritanya Hiru
terlentang, jatuh dan menangis. Aku yang sibuk berkutak di dapur, tiba-tiba
merasa emosi mendidih. Cubitan untuk pertama kali mendarat di paha si kakak.
Meskipun pertama kali, itu sangat kuat. Dia pun menangis, sambil bergumam, “Umi
jahat, adek terus yang dibela! Apa-apa Zia yang disalahin. Padahal adek yang
jahat, apapun yang Zia mainkan Hiru mau pegang jugo.”
Duh,
ditengah pekerjaan rumah menumpuk yang menunggu disentuh. Aku harus membujuk
dan membujuk. Jujur sulit sekali menyampaikan kepada si kakak kalau dia sudah
besar, mengalahlah kepada adik. Bertoleransilah kepada adik yang belum ngerti
apa-apa. Berempatilah. Terkadang dia paham, Namun, si kecil suka pula
mengganggu. Apapun yang dimainkan kakak, dia ingin mainkan juga. Dan drama ini
sering terjadi ketika aku sibuk melakukan pekerjaan rumah. Lelah fisik lelah
hati.
Suami
melihat hanya senyum-senyum, lalu sesekali melontarkan kata, “Mi, beli timunnya
yang banyak!”
“Untuk
apa?”
“Biar
berkurang tensi darah, Ummi!”
“Arggggh
.…”
Begitulah
setiap hari aku berjibaku dengan emosi sendiri. Sampai aku dipertemukan dengan kulwap
yang berisi bagaimana diri berdamai dengan tingkah anak yang menyebalkan. Isi
kulwap tersebut membekas dalam hati dan membuat lebih menikmati setiap momen
bersama anak.
Salah satu pertanyaan yang membekas dalam hati tersebut
adalah, “bagaimana cara berdamai dengan anak yang sekarang full di rumah yang
tingkahnya sering dirasa menyebalkan?”
Ustadz Fitrah Ilhami dalam kulwapnya memberi jawaban dengan ilustrasi berikut ini:
Jika besok Ibu didatangi oleh Bupati Bungo, beliau bilang, “Bu, saya titip mobil saya pada ibu dulu, ya, saya mau ada urusan dulu di luar kota selama sebulan. Sebulan lagi mobil saya ambil. Nanti saya kasih upah 30 juta. Selama mobil di sini, Ibu boleh pakai mobil itu.”Apakah Ibu akan merasa senang dipercayai bupati lalu menjaga betul mobil sang bupati, ataukah malah marah dan merusaknya?Maka, seperti itulah hakikat anak yang titipkan Allah pada kita. Allah seakan bilang pada kita, “Banyak orang yang minta punya keturunan, tapi belum Aku kasih. Kalian berdua (suami istri) salah satu pasangan yang Aku percaya untuk dititipin amanah buah hati. Jaga dan didik anak itu sebaik mungkin. Nanti Aku kasih imbalan berupa Surga.”Jika ketika dititipi mobil bupati saja kita senang bukan main dan menjaganya dengan baik, seharusnya ketika dititipi buah hati oleh Tuhannya Alam Semesta ini, kita juga senang, merasa jadi orang terpilih ketika di luar sana banyak orang yang masih merindukan kehadiran momongan tapi belum diberi, kemudian menjaga amanah itu baik-baik.Dengan cara pandang seperti ini, insyaAllah rasa sebal, rasa jengkel melihat tingkah laku anak, akan sirna. Kita akan berdamai dengan segala kondisi anak.Ketika tingkah anak bikin sebal saat di rumah saja, kita lantas ingat, “Kau titipan Tuhan. Bagaimana pun keadaanmu, aku tetap akan menjagamu dengan cinta.”Kau titipan Tuhan. Bagaimana pun keadaanmu, aku tetap akan menjagamu dengan cinta.Tatkala kita pusing mendampingi anak belajar di rumah, kita lantas sadar, “Pusing ini bakal bubar setelah minum panadol. Tapi pahala mengajari anak akan kekal selamanya.”Lalu mengalunlah do’a indah itu, “Ya Allah, hamba ridho mendampingi putra putri hamba. Mohon jadikan mereka penyejuk mata dan hati hamba. Dan jadikan mereka pemimpin bagi orang bertaqwa.”
Kata-kata
tersebut menyerap dalam hati, ketika Mumtazia dan Hiru bertengkar, aku
mengambil nafas lalu memantapkan niat, “kan kudamaikan kalian dengan cinta, kan
kudamaikan masalah kalian tanpa menimbulkan masalah baru.” Ternyata, perasaan
bahagia. Tidak emosi menghadapi anak bertengkar sangat membantu mengatasi
kondisi untuk segera kondusif. Memulihkan anak-anak, ternyata butuh pemulihan
batin sang ibu dulu. Ibu tetap waras. Tetap berdamai dengan perasaannya.
Jadi kesimpulanya dari ilustrasi diatas agar tidak stres ketika menghadapi anak yang sering bertengkar. 4 hal berikut perlu dipahami:
- Menyadari bahwa anak adalah titipan dari Allah, bagaimana pun prilaku anak, hadapilah dengan rasa cinta dan bahagia.
- Menghadapi dengan rasa cinta dan bahagia akan memudahkan mendamaikan anak
- Mendamaikan anak tanpa emosi akan mengajarkan anak berempati dan lebih toleransi
- Pusing menghadapi anak yang
sering bertengkar akan hilang, namun pahalanya akan kekal
Terimakasih,
ustadz Fitrah Ilhami atas kulwapnya. Sangat membantu dalam merubah mindset
saya. Eh, alur emosi saya tepatnya.
wah menyejukkan sekali mbak, apalagi pas baca pahalanya akan kekal, hihi. aamiin
BalasHapusmeski blm berkeluarga noted banget ilmunya, jadi orang tua memang kudu cerdas mengontrol emosi ya
waaah bener banget ya mba
BalasHapuspahalanya tetep kekal. jadi harus bersabar dan memahami psikologi anak ya mba.
Tamparan keras banget ini postingan, Mbak. Terima kasih sudah mengingatkan, ya. memang berat menjaga anak-anak yang lagi masanya ribut mulu, sampai hal sepele seperti sampah aja bisa jadi rebutan. Tapi, kalau dipikir, mereka itu lucu banget sih. Apalagi kalau udah rukun. Semoga kita tetap sabar ya menjaga amanah dari Allah. Aamiin
BalasHapusharus sabar ya kalau ngadepin anak bocah berantem. wkwkwk. Inget, titipan Allah :)
BalasHapusSaya punya dua anak yang berjarak hanya 20 bulan saja. Bisa dibayangkan kalau lagi bertengkar. Tapi saya memilih untuk tetap diam selama itu tidak ada kekerasan fisik. Hasilnya paling 10 menit mereka sudah maafan lagi.
BalasHapusSaya mungkin bosan menghadapi anak yang gantian bertengkar mba. Tapi sedikit insight dari ustadz fitrah ilhami membuat saya sadar bahwa meredakan pertengkaran anak dengan emosi malah membuat si anak mengulang kembali pertengkaran berikutnya.
BalasHapusBenar sekali mbak, saat anak bertengkar itu saya sangat mudah strees bahkan mudah tersulut pula emosinya. Jadinya malah ingin marah juga. Makasih atas sharingnya nanti mau saya coba
BalasHapusmasya Allah..aku juga skrg mau jadi orang tua tuh kadang jadi mikir waktu dulu-dulu sering berantem sama adik, semoga orang tua selalu diberikan kelimpahan pahala yg luar biasa sama Allah ya
BalasHapusDuuuuh aku langsung makjleb baca postingan ini. Masih sering bablas emosinya aku nih ngadepin anak hiks
BalasHapusMakasi tulisannya mbak
Jadi pengingat banget buat aku
Kesulitan banget aku untuk kontrol emosi, apalagi kalau anak ngga mau dengerin apa yg saya bilang. Duh rasanya pengen meledak. Tapi inget lagii soal ini. Thanks for sharing mba
BalasHapusJadi ingat dosa-dosaku pada anakku. Duh, kapan ya insyaf? Hehe...
BalasHapusMakasih Mbak, artikel Mbak mengingatkan pada pola pengasuhan pada anak.
Iya ya, kalau dikembalikan pada hakikat bahwa anak adalah titipan yang mesti dijaga dan dirawat, maka beban ketika mereka berulah sedikit ringan bahkan hilang.
BalasHapusSepakat mbak, ibaratnya kalo ada orang dititipi barang, tentunya orang yg dititipi bakal menjaganya dengan baik. Karena org itu sudah diberi kepercayaan untuk dititipi.
BalasHapusdengan memahami hakikat dari arti titipan yg begitu berharga dalam bentuk nyawa ini seharusnya membuat kita selalu sadar kalo segalanya ga bisa dipaksakan dan sering ada friksi, tp kalo dikomunikasikan, semoga akur dan rukun terus yaa
BalasHapusWah ini mesti diterapkan untuk menghadapi pertengkaran kakak beradik setiap hari :)
BalasHapusWah bener banget nih, mandidik anak dengan sabar hingga menjadi pribadi yang baik merupakan ladang pahala ya
BalasHapusMendamaikan dengan cinta. MasyaAllah. Berasa ditegur aku, mbak. Kalau udah kadung emosi, emang terasa sulit untuk mengontrolnya, ya. Butuh latihan berulang. Jadi, kuncinya memang kita harus sabar dalam berproses, ya. Dengan keempat poin yang mbak paparkan, bisa menjadi motivasi diri untuk terus berlatih menahan emosi negatif keluar tanpa kendali, ya. Terima kasih, sharingnya, mbak. 🙏🤗
BalasHapuswah belum berkeluarga, tapi jaid mikir,,, bsok harus gimana kalau dah punya anak, thx ya kaka advice nyaaa
BalasHapusberasa ditoyor nih baca postingannya Mbak, saya masih gak bisa ngotrol diri kalau anak-anak bertengkar, jadi ikut stress dan marah-marah juga, huhuhuh, padahal sadar banget kalau mereka itu titipan Allah yang dari merekalah tiket surgaNya akan saya dapatkan, huhuhuh.
BalasHapusmakasih sudah mengingatkan ya Mbak :)
Kadang memang esmosi kalau anak-anak pas lagi ributnya. Tapi percaya tidak percaya, kelak kita akan merindukan masa-masa mereka seperti itu dan merasa menyesal karena terkadang kita lepas kendali.
BalasHapusTerimakasih tulisannya mengingatkan saya untuk tetap berlaku kasih sayang terhadap anak-anak apapun kondisinya.
kakak (12 th) dan Adek (6 th) juga suka berebut dan berselisih paham..habis itu akur lagi. Kadang terpancing marah juga kalo dah sampai heboh, namun terkadang aku diamkan juga mbak hehehe..biarkan selama tidak saling menyakiti. Katanya mereka itu sedang belajar bernegosiasi hehehe
BalasHapusKirana (4 th) dan kanaya (2 th), mereka berdua apa saja diributin. Namun, kalau satu saja menghilang mereka bakal nyariin. Kadang mesti belajar dari mereka. Paling marahan, lima menit kemudian main bareng. Jadi, kalau mereka berantem, emaknya harus sabar menunggu 5 menit itu berlalu.
BalasHapusNo emosi pokoknya ya Bund. Makasih sudah mengingatkan.
Terima kasih sharing ilmunya Mbak. Jadi reminder juga nih buat saya apalagi anak saya dua dengan jarak dekat. Sekarang sih masih umur di bawah 2 tahun jadi belum tahu bertengkar tapi nanti akan ada fasenya juga seperti
BalasHapusSeperti itu maksud saya:)
HapusAnakku belum ada temennya sih mbak. Jadi nggak tau kayak apa ngadepin anak berantem sama temen atau saudara.
BalasHapusSementara aku catet dulu. Biar nanti kalau udah ada satu lagi, tau harus gimana.
Walau aku tidak punya anak, tapi seneng baca tips dari mba LInda. Memang namanya adik kakak walau beda usia jauh tapi bertengkar itu pasti ada aja ya mba. Semangattt mbaa.
BalasHapusInsyaallah sepusing apapun menghadapi anak yang bertengkar itu pasti akan menyenangkan Setelah semua pertengkaran itu terekam dalam ingatan kita ketika anak-anak sudah besar.
BalasHapusTerima kasih banyak sharringnya kak, Insyaallah ilmunya bermanfaat sekali
anak memang anugerah terindah ya. stress bisa ilang kalau liat tawa mereka.
BalasHapusSaya penasaran bagaimana scene perselisihan si kakak dan adik. Ya Rabb, jadi pengen punya anak juga tapi Allah kasih. Benar banget apa yang Mbak tulis, anak itu titipan dan harus diperlakukan dan dididik dengan baik
BalasHapusBener, pusingnya bisa hilang tp pahala bisa kekal. Mau gimanapun org tua yg sabar mendidik anak pasti akan diganjar dgn kebaikan yg luar biasa besar
BalasHapusMakasih banget sharingnya mbak, saya juga masih suka uring-uringan kalau anak sudah berantem. Gak sampai mukul atau nyubit sih tapi pelampiasan ke benda lain duh apa ya perasaan anak-anak ke saya hiks
BalasHapussharingnya bagus banget nih mbak. walau anakku belum ada partner berantemnya tapi aku selalu coba buat mengingat hal-hal diatas. biar akunya gak gampang marah. hehe
BalasHapusTidak ada anak yg nakal, kita orang tua saja yg kurang sabar
BalasHapusbisa buat pembelajaran bagi saya yang belum punya anak nih. Bahwa harus sabar untuk mengajarkan disiplin kepada anak.
BalasHapusBenar sekali anak adalah titipan Tuhan dan kita harus menjaganya walau kadang kala kesel juga dengan tingkah lakunya
BalasHapusSemua orang tua sepertinya harus benar-benar mempunyai tingkat kesabararan yang tinggi ya kak, kalau anaknya banyak gimana ya, super hebat nie kalau lagi berselisih.
BalasHapusYaa Allah, Mbak. I feel you. Anak saya yang sulung juga sering, kena cubit dan tabok tangan emaknya ini Mbak, soalnya ya gitu bikin adeknya keglodak di lantai mulu.
BalasHapus