Intip Catatan Para Penambang emas
Daftar Isi
Suara
deru mesin dompeng memecahkan keheningan malam. Ketika aku hendak
menjulurkan kakiku untuk tidur, suara itu mulai muncul dan akan berakhir seiring
suara kokok ayam jantan. Pasti ada puluhan tanya kenapa meski tengah malam
beroperasi? Tidakkah rasa menggigil dan kantuk membuat mereka mencari saja
pekerjaan yang lainnya? Sebenarnya apa yang dicari?
Baiklah
lewat tulisan ini, akan membuka sedikit cerita tentang mereka. Mereka yang
sengaja menahan gigil malam demi anak dan istri bisa makan. Apalagi sekarang ini,
pada masa pandemi. Meskipun diungkapkan mbak Maria Tanjung ada banyak cara bertahan hidup saat pandemic. Tetap saja, inilah keahlian yang bisa dibuatnya.
Mereka
sembunyi dalam lobang-lobang dompeng di tengah malam, demi segelintir emas. Menjaga
tubuh agar tetap fit meskipun asupan makanan seadanya. Kalau mereka beruntung
akan membawa uang yang lumayan bisa cukupi kehidupan ke depannya. Kalau mereka
sedang tidak beruntung, bisa saja tertimbun dalam lobang-lobang dompeng seperti
tiga rekannya beberapa bulan yang lalu. Atau malah tertangkap aparat keamanan. Kabarnya
mereka termasuk PETI (penambang emas tanpa ijin).
Apakah
penghasilannya menjanjikan?
Lumayan.
Namun, sayangnya kebanyakan dari para pekerja tambang setelah bekerja beberapa
bulan atau tahun terpaksa tumbang. Mitosnya ada makhluk halus yang marah
sehingga menggrogoti tubuhnya. Atau mengambilnya sebagai ganti terhadap emas
yang diambil. Uang yang disimpan berangsur habis juga untuk menyembuhkan
sakit.
Menurutku,
bukan mahluk halus yang menyebabkan sakit. Wajar bukan? Bekerja di tengah malam
dalam gigil. Tubuh seharusnya istirahat, ini harus tengelam dalam kubangan air dingin. Wajar saja penyakit datang. Belum lagi, isu kalau
beberapa pekerja sengaja menghangatkan tubuhnya dengan meminum arak. Bagaimana
badan tidak tambah rusak?
***
Suara
deru mesin dompeng masih menemaniku setiap malam yang baru
memulai langkah awal menulis. Merangkai kata yang mungkin dibaca siapa saja atau
malah dibiarkan. Ketika aku sangat bernafsu, hendak menutup laptop karena kantuk dan
malas. Aku dengarkan lagi suara deru dompeng yang sayup terdengar. Aku jadikan
motivasi. Mereka tetap semangat bekerja di tengah gigil yang mendera. Sementara
aku, bermalasan ditemani kopi dan selimut tebal di kaki.
Aku
berfikir, mereka rela terjaga di malam gelap. Mendapatkan sesuatu yang belum
tentu bisa dinikmati dengan keluarga. Belum pasti bisa dimiliki. Belum tentu bermanfaat untuk keluarga. Belum tentu kekal apa yang didapat. Faktanya, tidak ada penambang emas yang hidup mapan sesudahnya.
Berkaca
pada diri, maukah kita terjaga sekitar sepuluh menit saja. Bekerja sebagai
hamba di sepertiga malam. Hanya sepuluh menit. Lalu, benar-benar disiapkan apa
yang kita butuhkan kelak. Dan pasti disediakan. Pasti bisa dinikmati. Pasti bermanfaat. Faktanya, orang-orang shaleh terdahulu melakukannya. Pahala bekerja ini akan kekal selamanya. Mau?
![]() |
Catatan Para Penambang Emas |
Semoga mereka selalu diberikan kesehatan dan kemudahan dalam menjalankan pekerjaannya. Dari pekerjaan mereka banyak pengalaman berharga yang bisa kita renungi.
Ya Allaah mudah2an saya bisa seperti itu, dan istikamah.
Oh ya thanks for remind me atas tulisan ini kak. Ku udah beberapa kali malam melewati waktu u/ MenghadapNya bahkan berjamaah subuh dg ortu di musholla rumah, sering telat padahal udah dibangunin 5 menit sebelumnya. Astaghfirullah..
Di akhir, aku terkejut. Ini seperti teguran dari Allah untuk waktu yang sering kubuang sia-sia. Terima kasih sudah mengingatkan, Mbak.
saya lihat kehidupannya yang sebenarnya tidak semewah emas
lalu mereka bilang : ya kalau pas untung bisa dapat makan sampai gk perlu kerja setahun
tapi efeknya? alam yang rusak. entah inikah yang membuat saya kurang tertarik dengan logam mulia ini