Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perempuan Jangan Sekolah


“Perempuan tidak usah sekolah tinggi-tinggi, nanti ke dapur juga!”
Picture By Pixabay.com

Kalimat ini terngiang apatis di telinga Mila, saat itu ia baru saja memeluk ijazah SMAnya. Niat hati ingin melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi. Tetapi, perkataan orang-orang di sekitarnya membuat ia ragu melanjutkan impian. Kala itu, teman-temanya lebih memutuskan untuk bekerja dan sebagian menikah.

Sekarangpun, Setelah Mila menyandang S.Pd, kalimat itu seperti diputar ulang dalam konteks yang berbeda.

“Sekolah yang tinggi tidak menjamin seseorang dapat hidup lebih baik.”
“Noh, Sarjana bergaji kecil. Banyak yang menganggur juga.” Kata- kata serupa sering Mila dengar, seolah sedang menyindirnya yang hanya bekerja sebagai honorer.
 “Mending uangnya ditabung, dibelikan tanah atau dibelikan kebun daripada capek-capek sekolah tinggi-tinggi cuma bisa ndekem di rumah.”

Sebagian orang bahkan menganggap perempuan yang sekolah lalu memutuskan untuk bekerja di rumah saja dijadikan lelucon, didengarkan berulang-ulang ketika anak perempuan mereka merenggek meminta sekolah lagi. 

Banyak perempuan-perempuan bernasib sama dengan Mila, sebelum dan sesudah ia mempunyai ijazah tetap dipandang sebelah mata. Sakit hatikah? Merasa minderkah? Ketika perempuan tidak mempunyai pekerjaan yang bergengsi, isi dompetpun kerap kali jadi bahan tertawaan.

Jangan biarkan hati terkotori dengan perkataan atau cibiran yang suatu saat nanti, mereka akan bergumam, “Wah, nyesel aku! Kenapa tidak ijinkan anak gadisku sekolah lagi?”

Seburuk apapun perkataan orang tidak akan mampu membuat hati merasa sakit, sebab hati yang baik tidak mendengar kata-kata yang membuat jatuh. Masa bodoh! Yang terpenting tidak pernah merugikan siapapun. Kalaupun sekarang belum berbuat seperti yang mereka harapkan, anggap ini proses awal untuk melangkah lebih baik. Awalnya dari sini, mengenyam pendidikan. 

Jangan pedulikan bisikan-bisikan di sekeliling. Jangan jadikan ijazah, pekerjaan, kekayaan sebagai orientasi kenapa harus sekolah. Karena kalau begitu, Engkau akan memperoleh banyak kekecewaan. Namun, ubahlah orientasi belajarmu sebagai wasilah untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Picture By Pixabay.com

Jika hari ini Engkau sudah baik dengan belum sekolah, percayalah engkau akan jauh lebih baik jika engkau sekolah. Tidak peduli apakah pekerjaanmu bergengsi? Tidak peduli engkau bekerja di rumah saja atau bekerja diluar rumah. Sekali lagi, memulainya, perempuan harus sekolah.

Lihatlah, masa social distancing seperti ini. Dimana Allah tunjukan, bahwa semua perempuan harus pintar. Semua perempuan harus bisa jadi guru. Mendidik anak-anak mereka sendiri. Tidak hanya, mampu mengerjakan tugas-tugas tetapi harus mampu menumbuhkan karakter baik sang anak. Tidak peduli apapun profesi sebelumnya. Apakah seorang ibu rumah tangga? Apakah seorang dokter? Pedagang? Polisi? Semua dituntut untuk bisa mendampingi belajar di rumah.
Picture By Pixabay.com

Ini mengingatkan, bahwa sekali lagi perempuan harus pintar. Ayolah, jika masih ada bisikan miring, “perempuan jangan sekolah”. Berikan bukti kalau ada anak yang sukses, itu berasal dari didikan ibu yang hebat di rumah. Kalau ada lelaki yang sukses, ada perempuan hebat yang support lahir bathin dibelakangnya. Masih ragu menatap impianmu.

Berikut ini ada beberapa sebab, kenapa perempuan harus tetap semangat mengenyam pendidikan, sebagai ikhtiar memperkuat perannya:

1.      Perempuan adalah Tiang Negara

"Wanita adalah tiang negara, jika baik wanitanya baik pula negara itu, tetapi jika jelek wanitanya, maka jelek juga negara itu."

Wanita yang baik akan melahirkan anak yang baik. Anak tersebut berkontribusi terhadap Negara. Sebaliknya wanita yang tidak baik akan melahirkan anak-anak yang jelek. Perangainya buruk, pencuri, koruptor yang akan merusak Negara. Karakter pada anak tersebut terbentuk, salah satunya karena mengikuti ajaran ibunya. 

2.      Perempuan adalah Sekolah Pertama bagi anak-anak
Perempuan adalah seorang yang luar biasa, dari dalam kandungan seorang anak sudah belajar dari ibunya. Mendengarkannya. Belajar tentang apapun hal yang ibunya lakukan. Menarik sekali jika sang ibu selalu berprilaku baik, tentu baik pula anak yang dilahirkan. Dari kandungan anak sudah belajar, mendengar merasakan dan membentuk karakter yang diajarkan oleh ibunya.

3.      Perempuan adalah pendukung keberhasilan suami

Seorang suami akan sukses jika didukung perempuan hebat dibelakangnya. Di do’akan dan didampingi melakukan hal yang positif. Tetapi, sebaliknya jika suami mempunyai istri yang buruk ia bisa saja melakukan hal-hal gila, kemudian membuat hancur diri sendiri.

Lihatlah kisah yang melagenda, Cleopatra yang sangat mempengaruhi suaminya. March Anthony membuat Romawi pecah dan bercerai berai karena perang saudara akibat March tidak bisa fokus mengurus negara tetapi lebih fokus kepada Cleopatra yang kecantikannya abadi.

Lalu, dilansir dari boombastis.com seorang perempuan bernama Mo Xi juga mampu membuat sebuah dinasti China, yang bernama Xia hancur. Sang raja sangat terobsesi dengan istrinya, sayangnya istrinya bukan seorang yang baik. Ia sering meminta hal-hal konyol yang merugikan rakyatnya. Lagi-lagi raja mengabulkan dan akhirnya membuat dinasti itu lemah dan mampu dihancurkan Shang.

            Banyak lagi kisah-kisah lelaki kuat yang jatuh karena pengaruh perempuan. Banyak pula kisah lelaki hebat karena dukungan perempuan. Yang mana jadi pilihanmu? Mulailah dari mengenyam pendidikan yang diimpikan. Bisa menggapainya melalui EduCenter.id. Mall Edukasi Pertama di Indonesia. Penasaran? Silahkan kunjungi http://www.educenter.co.id/.
           
 #EduCenter.id

Halamansekolah.com
Halamansekolah.com Seorang pembelajar, yang ketika merasa lelah, ia ingat bahwa hidup ini hanya untuk beribadah. Dan momen itu sebentar saja.

68 komentar untuk "Perempuan Jangan Sekolah"

  1. semangat menulis lagi mbaaa....

    BalasHapus
  2. Saya termasuk yang sangat mengharuskan perempuan menempuh pendidikan setinggi mungkin. Kecuali kalau kondisi ekonomi tdk memungkinkan, dia tetap harus belajar dari berbagai hal juga. Perempuan haruslah terdidik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul banget mbak, sekarangpun banyak beasiswa yang bisa didapat. jadi rasa rasanya tidak ada alasan untuk tetap sekolah.

      Hapus
  3. Lihatlah, masa social distancing seperti ini. Dimana Allah tunjukan, bahwa semua perempuan harus pintar.

    Bener banget mbak dengan kalimat ini. Alhamdulillah ilmu yang saya punya tetap bisa digunakan mendampingi anak-anak belajar. JAdi sarjana kok jadi IRT doank. Duh, kita bukan hanya butuh gelar tapi ilmu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ilmu mendidik anak rasa rasanya terpenting ya mbak, karena investasi dunia akhirat.

      Hapus
  4. Betul gan, perempuan juga harus sekolah dan mengenyam pendidikan karena mereka adalah madrasah bagi anak-anak. Karena mengurus rumah tangga ada ilmunya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju, mengurus rumah tangga harus ada ilmunya, kalau tidak bisa bisa karam sebelum berlabuh.

      Hapus
  5. Ibu adalah madrasatul ula. Ibu adalah madrasah pertama dan utama bagi anak-anaknya. Sungguh bangga seorang anak yang dididik langsung oleh ibu dengan pendidikan tinggi, karena ibunya fokus mengajar anak-anaknya sendiri menjadi garda terdepan peradaban.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju kak, garda terdepan peradaban. baik seorang ibu maka baik juga peradaban dunia 'kan?

      Hapus
  6. Setuju. Perempuan adalah tiang negara. Bukankah kecerdasan anak juga sedikit banyaknya diwariskan dari kecerdasan ibunya?

    BalasHapus
  7. Yang diambil dari sekolah adalah ilmunya, sebagai pegangan melangkah ke depan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju, tetapi kadang suara miring orang-orang yang menebar ketakutan jadi malas lanjut sekolah.

      Hapus
  8. Setuju banget kalau perempuan harus mengenyam pendidikan yang layak dan tinggi. Karena anak-anak yang sukses kelak bergantung didikan orang tuanya terutama ibu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga banyak yang menyadari akan hal ini ya kak, terutama di perdesaan seperti tempat saya tinggal.

      Hapus
  9. Dan di jaman yang sudah maju kini, masih tetap ada aja yang bersuara miring jika ada perempuan yang menempuh pendidikan sampai tingkat tinggi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kak, apalagi di perdesaan. merubah mindset susah sekali.

      Hapus
  10. Bagi saya pribadi, wanita wajib cerdas. Istri saya sendiri alhamdulillah teman kuliah, lebih tepatnya kakak kelas. Saya memilih dia karena cerdas, aktif organisai bahkan saat saya mulai menaruh hati itu pada saat dia jadi ketua BEM.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ehem. alhamdulillah ya kak. Wew ketua BEM. Keren kak. Bisa jadi satu cerpen ini.

      Hapus
  11. Perempuan mau berkarir di luar rumah ataupun menjadi ibu rumah tangga menurut saya memang harus tetap sekolah. Karena berbeda pemikirannya bila perempuan sekolah atau tidak. Ada wawasan yang tidak didapat bila ia tidak sekolah.

    Nah EduCenter ini memang mengikuti modernisasi ya mb linda. Konsep pendidikan informalnya modern banget.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, tos kita mbak. Memang perempuan wajib sekolah demi masa depan dunia dan akhirat ya. EduCenter juga sangat membantu.

      Hapus
  12. Justru perempuan itu harus sekolah tinggi, agar bs jd role model bagi anak²nya kelak. Senang ya sekarang ada Educenter

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul kak. Role model bagi anak-anak. setuju banget karena anak sifatnya mencontoh terutama sang ibu.

      Hapus
  13. di Agama juga dijelaskan bahwa madrasah anak ada di tangan seorang ibu, kalau gak sekolah gimana mau ngajarin anak-anak ya kak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, kayaknya lelucon kalau ingin anaknya jadi sholeh dan sholeha tetapi ibu tidak mau berilmu terlebih dahulu.

      Hapus
  14. Setuju banget kak, perempuan juga punya hak menuntut ilmu setinggi-tingginya.. Udah ga usah dengerin omongan orang. Mereka mah cuma bisa omong doank

    BalasHapus
  15. Banyak orang bilang Al umm madrasatul ula, tanpa meneruskan kalimat selanjutnya wal Abb mudiiruha. Dan Ayah adalah kepala sekolahnya. Jadi pendidikan memang hak bagi siapa saja, mau perempuan atau Laki2. Bahkan dari peribahasa itu jelas keliatan kalau perempuan lah yg jadi gurunya. Apa jadinya kalo gurunya sendiri gabole punya pendidikan tinggi ya mba.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tepatnya sinergi antara ayah dan ibu ya mbak. Kalau ibu tidak berilmu akan miring sebelah dan tumbang.

      Hapus
  16. Era Mamaku sih dulu dilarangn sekolah sama orang tua Mama. Alhasil dari 10 saudara, cuma Mama perempuan satu-satunya yang sekolah hingga tamat STM. perjuangan beliau luar biasa. Alhamdulillah kalau era kita disuruh sekolah setinggi-tingginya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah mbak, tetapi era saat ini khususnya dikampung sangat memperhatinkan. Dimana fokusnya malah ke banyak sarjana yang ngangur di kampung. jadi generasi setelah itu disuruh tidak sekolah, daripada nganggur dan habiskan biaya.

      Hapus
  17. kini pendidikan bukan hanya formal, tidak melulu soal ijazah. perempuan bisa mendapatkan hard atau softskill dari berbagai lembaga2 pendidikan. so kini eranya terbuka, bukan hanya melulu soal sampai S1, S2, dan SSSS lainnya. yang penting menemukan minat, bakat dan kecintaan pada ilmuu spesifik hihi

    BalasHapus
  18. padahal mah perempuan harus pinter ya mba. bagaimana bisa mendidik anak jika kita aja sebagai perempuan tidak terdidik. padahal anak itu pertama kali diajarkan juga dari seorang ibu. nah ini nih, yang masih pada awam. padahal mah perempuan juga harus sekolah dan terdidik.

    BalasHapus
  19. “Perempuan tidak usah sekolah tinggi-tinggi, nanti ke dapur juga!”
    Nggak cuman itu kak, sering juga “Perempuan tidak usah sekolah tinggi-tinggi, nanti susah dapat suami!”

    Padahal pendidikan bagi wanita itu penting banget...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi. Iya ya, kalau yang sudah S2 kebanyakan calon suaminya minder. tapi gak lah soal jodoh, sekolah tak jadi aturan.

      Hapus
  20. Tulisan kakak ini sangat relate sekali di lingkungan saya. Bahkan keluarga saya sendiri pun masih banyak yang berfikir seperti itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sedih ya kak, apalagi kita yang disindir sindir.

      Hapus
  21. Sekolah itu diniati mencari ilmu, karena nanti manfaatnya pasti akan mengikuti, entah itu berupa berkah ilmu atau berkah harta

    BalasHapus
  22. Jaman sekarang nggak bisa gitu kan mbak, apalagi pas masa pandemi kayak gini, justru wanita atau ibu lah yang jadi guru dirumah.

    BalasHapus
  23. Aku suka perempuan pitar. Karena sudah saatnya perempuan pintar kan Mba.

    Pintar nkn brarti menanggalkan fitrah. Toh masih banyak perempuan pintar sibuk di luar tp di rumah ttp anggun dan bertanggung jawab.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anggun dan bertanggung jawab. Dua sinergi yang dipunyai seorang ibu.

      Hapus
  24. Dulu zaman ku SMA juga teman2 banyak yg pola pikirnya seperti itu. Lebih tepatnya pola pikir kedua orang tua mereka

    BalasHapus
    Balasan
    1. Awet ya mbak, sampai sekarang di dusun dan desa masih banyak seperti ini. bahkan tempatku yang sudah kabupaten.

      Hapus
  25. Perempuan harus berdaya dan berilmu. Saya setuju dengan semua poin dalam tulisan ini. Terutama: perempuan sekolah pertama bagi anak. So, jangan remehkan kaum perempuan.

    BalasHapus
  26. Setuju banget artikel ini!
    Waktu kecil, kakak laki lakiku pulang sekolah bilang gini ke Mama "Ma temanku bilang kenapa anak perempuan harus ranking di sekolah, kan akhirnya di dapur juga"
    Pernyataan itu masih terkesan sampai sekarang karena sepertinya ide patriarki ini suka di turunkan ke anak. Semoga ortu berhenti mendokrin hal seperti ini.

    BalasHapus
  27. Bener mbak. Di lingkunganku juga banyak yg beranggapan seperti itu. Maklumlah kami tinggal di desa. Tp saat ini hampir semua perempuan kewalahaan saat menghadapi anak2 belajar di rumah karena pandemi ya.. Hhh
    Wah mantap educenter nih

    BalasHapus
  28. Makasih mbak sharingnya. memang benar, perempuan adalah tiang negara dan pendukung utama dari seorang suami. Perempuan yang memiliki pendidikan yang baik, insyaAllah dapat menjadi pendukung suami dengan baik juga. Sebagai perempuan, kita harus semangat dan semangat terus untuk meningkatkan kualitas diri dalam mendampingi suami dan anak-anak.

    BalasHapus
  29. Betul Mbak, perempuam itu hrs sekolah setinggi mgk. Bukan semata Mata utk menaikkan prestise atau naik jabatan. Hal yg terpenting, wnt itu madrasah bagi anak anaknya..kalau madrasahnya saja sdh reot tak berilmu, bagaimana anak anaknya, ikut reot juga..niatkan sekolah utk mencetak generasi cerdas ya...

    BalasHapus
  30. Seperti keinginan Bapakku Rahimahullah yang senantiasa menyemangati anak-anaknya agar bersekolah setinggi mungkin. Bagi Bapak, meski anak perempuan, tetap saja kami harus bersekolah dan jangan mau kalah dengan laki-laki.

    BalasHapus
  31. Benar sekali, mba. Ada yang lebih mulia dari bekerja kantoran atau bisnis, yaitu membesarkan titipan Tuhan yang nanti bakal diminta pertanggungjawabannya di akhirat

    BalasHapus
  32. Terkadang sedih juga dengan anggapan bahwa perempuan enggak perlu sekolah tinggi atau ngapain kuliah kalau nanti gajinya kecil. Anggapan seperti ini memang masih ada di masyarakat atau bahkan ngapain kuliah kalau akhirnya diam di rumah ngurus anak, sayang ijazahnya dong . Kadang saya pribadi juga menutupi telingga untuk omongan seperti ini, yang penting menjalani peran dengan bahagia dan sebaik-baiknya

    BalasHapus
  33. Kata-kata awal banget itu, juga menancap ke telinga saya. Cuma waktu itu saya berpikir, InsyaAllah akan ada jalan rezeki bagi saya untuk belajar. Belajar karena Allah dan sayang suka belajar. Semoga kita di mampukan untuk mendidik anak-anak ya, Bun

    BalasHapus
  34. Setuju banget mbak, perempuan itu harus berpendidikan. Namanya juga madrasah utama, ya masa nggak ngerti ini itu. Gimana generasi berikutnya kalau kaya gitu.

    BalasHapus
  35. Setuju Mbak. Pendidikan tidak boleh pandang bulu, semuanya diharapkan bisa pintar untuk mendukung kehidupan di masa depannya.

    Pandemi ini semua anak sekolah di rumah, dan ibu lah yang berperan banyak. Ibu membantu mengajarkan anak-anaknya supaya tidak ketinggalan dengan anak lainnya.

    BalasHapus
  36. Ada banyak hal yang tidak bisa didapatkan dan itu hanya bisa ditemukan di sekolah, oleh karenanya siapapun punya hak yg sama mendapatkan pendidikan di sekolah. SemangatCiee selalu untuk sekolah

    BalasHapus
  37. Waah, makin aktif aja nih, Mbak.

    Fenomena masyarakat kuno. Perempuan gak usah sekolah tinggi, ujung-ujungnya di dapur, sumur, kasur.

    Dan mereka sepele terhadap wanita berpendidikan yg tidak bekerja di kantor. Padahao, wanita tetap harus cerdas ya. Salah satu caranya ya dgn pendidikan itu. Ilmunya utk anak.
    Benar sekali mbak bilang, di masa pandemi, di mana sekolah pakai sistem online belajar sm org tua, di situlah akan kelihatan ilmu yg dimiliki org tua yg berpendidikan, diajarkan ke anak

    BalasHapus
  38. Duli itu memang pendidikan tinggi bagi perempuan masih di pandang sebelah mata. Kalau sekarang kemungkinan gak separah dulu. Di kampungku saja para orang tua banyak yang mensekolahkam anaknya ke tingkat kuliah.

    BalasHapus
  39. Siapa bilang ibu rumah tangga tak perlu sekolah tinggi-tinggi. Bukankah untuk mendidik anak juga butuh ilmu yang tinggi?

    Well suka dengan tulisannya terkait perempuan dan sekolah, sangat mencerahkan Mbak :)

    BalasHapus
  40. Aku setuju banget dengan ini kak Kalau ada lelaki yang sukses, ada perempuan hebat yang support lahir bathin dibelakangnya.

    Contohlah suami, pas ada keputusan dari kantor mutasi ke daerah, pasti butuh pertimbangan istri. Kalau istrinya menurutkan kesenangan sendiri pasti tidak akan mendukung suaminya. Beda dengan istri yang berpikiran luas, yang mampu handle situasi pasti bisa mendukung karier suaminya

    BalasHapus
  41. Hari gini, masih ada pemikiran seperti ini. Parah banget

    BalasHapus
  42. Wah kalau seperti ini apa jadinya perempuan di Indonesia, malah banyak yang tidak dihargai nanti, justru para perempuan loh yang tahan banting bisa melakukan sesuatu yang menghasilkan dan membantu keluarga.

    BalasHapus

Komentar yang baik akan kembali ke pemiliknya. Jadi, berkomentarlah yang baik saja.