Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Teror Mertua


Teror ibu mertua. Banyak kasus yang terngiang karena ibu mertua ikut campur. Banyak yang menyarankan jangan seatap dengan mertua. Lebih baik jauh kalau datang sekali-kali dimatanya baik, tapi kalau satu atap wah cacat dikit saja fatal. Lho, tapi bagaimana dengan suami saya yang anak bungsu dan ibunya sudah sepuh. Siapa yang merawatnya? maka dengan bismillah saya tinggal dengan ibu mertua.

                Kesan buruk tinggal seatap dengan ibu mertua sedikit mempengaruhi, jadi was-was. Tapi itu tak terlalu lama karena alhamdullillah rasa was-was itu saya ubah menjadi siap siaga jangan sedikitpun menyakiti atau membuat Ibu tersinggung. Bukan mencari perhatian tapi saya yakin setiap usaha akan ada imbalan dan penghargaanya.

Saya berupaya membuat hati beliau senang; bangun paling awal, memasak untuknya dan suami. Memisahkan tempat lauk beliau dengan kami, sebagai bentuk apresiasi saya ke beliau supaya ketika kami makan lebih awal tidak ada kesan memberi sisa (kebiasaan jawa). Berusaha mendekatkan diri dengan memperbaiki komunikasi. Heroik memang, butuh kesabaran dan kehati-hatian. Tapi setiap usaha ada imbalannya.

“Ini, ibu habis ambil dana pensiun. Pakailah! Kasihkan ke Nona,” kata ibu mertua suatu hari ketika suami saya baru keluar dari pekerjaannya. Waktu itu saya mendengar dari kamar langsung menangis. Bukan jumlah nominal dana yang Ibu berikan. Tapi karena kepercayaan yang sudah Ibu berikan kepada saya untuk mengelola keuangan keluarga kecil kami. Meski ibu acap kali cerewet sebenarnya ia sayang kepada saya. 

***
                Siap menikah berarti siap menerima apapun, termasuk Ibu mertua. Jangan terlalu dengarkan cerita-cerita menyeramkan tentang ibu mertua karena setiap kita akan memiliki kisah yang berbeda. Tergantung usaha dan bagaimana kita ingin menuliskan cerita tentang beliau. Akan selalu ada jalan menuju hati beliau selama kita mau berusaha.

Saya bersyukur mempunyai ibu mertua seperti beliau. Dia yang membuat kuat ketika saya hamil. Bahkan ketika kedua kaki saya bengkak (hamil tua) dia dengan sabar mengurut memakai minyak. Dia sendiri yang merawat anak saya hampir satu minggu, sementara suami sibuk mengurus saya di rumah sakit. Pendarahan karena saya melahirkan Caesar. Sempat tidak sadarkan diri selama tiga hari. Dan beliau juga yang menguatkan saya untuk menerima kenyataan kalau saya tidak bisa hamil lagi (rahim distrilkan). Pada dasarnya seorang ibu itu penyayang, ibu kandung atau ibu mertua sama saja. Tergantung kita bagaimana mengambil hatinya.

Halamansekolah.com
Halamansekolah.com Seorang pembelajar, yang ketika merasa lelah, ia ingat bahwa hidup ini hanya untuk beribadah. Dan momen itu sebentar saja.

8 komentar untuk "Teror Mertua"

  1. Terimakasih mbak sudah berbagi pengalamannya 😊 aku jadi belajar dari sini

    BalasHapus
  2. So sweet mbak. Tapi memang jarang menantu perempuan akur sama ibu mertua. Menghindar iya. hehehe

    BalasHapus
  3. Saya kadang suka kepikiran kayak gitu mbak, kadang ada rasa takut hehe

    BalasHapus
  4. Terima kasih sudah berbagi cerita

    BalasHapus
  5. semoga hubungan selalu harmonis dengan ibu mertua

    BalasHapus

Komentar yang baik akan kembali ke pemiliknya. Jadi, berkomentarlah yang baik saja.