Adalah
Nayla Sofia, gadis berumur 22 tahun. Tercatat sebagai mahasiswi Universitas
Jambi, program studi Bahasa Inggris. Dia perempuan yang belum berhasil
merangkai tulip dan meletakkan di meja belajarnya. Pun, gagal ikut berorasi
demi tegaknya suatu prinsip. Jauh, di hati kecilnya ada sebuah harapan untuk merubah
diri, untuk selalu dikukuhkan jejaknya dalam ketaatan.
Nayla
menutup buku diarinya sebelum akhirnya dimasukkan ke dalam laci kecil di meja
belajar. Meskipun telah menutupnya ia merasa baru kemarin kejadian demi kejadian
berputar di kepala, membanting diri larut dalam rasa sedih.
Niat
baik yang pernah dilambungkan tinggi ke angkasa, mentah kembali. Sebuah pernikahan.
Tidak mudah untuk sebagaian orang tua, menikahkan anaknya yang masih status
kuliah. Nayla sempat yakin. Nurul Falah adalah jodohnya. Pria yang menjadi
dosen muda di Universitas Islam itu, sudah membuatnya pasrah untuk merebahkan
hatinya.
Hari
itu, Nayla terlihat tertunduk tidak mampu menatap mata calon imamnya. Falah
yang mempunyai mata sendu dan hangat, tiba-tiba berkilat gerang.
“Insyaallah,
bulan November aku sidang, kita akan menikah setelahnya,” jelas Nayla tanpa
mampu memandang sedikitpun.
“Alasan
klise …. Aku tidak tahu jalan pikiran ayahmu? Kalau kita menikah, apa ruginya
toh, kamu juga sudah hampir lulus ‘kan? Orang anaknya mau bahagia kok ribet
betul,” murkanya.
Nayla
terlihat bahunya terguncang, isakan terdengar. Batinnya rapuh, calon imamnya
itu berbicara terlalu arogan, tangisnya terjatuh dalam keras.
“Kau
…. mencintaiku ‘kan? Falah mencari keyakinan di netra Nayla yang berhamburan ke
sana kemari.
“Kita
nikah di rumahku ‘yuk! Nanti ketika selepas wisuda kita baru menikah di
rumahmu,” bujuk Falah. Sementara Nayla semakin sesenggukan. Dia tutup sebagian muka
dengan kedua tangan.
“Semoga
kau benar-benar mencintaiku, sekarang buktikanlah!” Falah meninggalkan Nayla
yang terdampar dalam keraguan. Menikah di rumah Falah atau ikut saran ayahnya
menikah nanti selepas wisuda.
Keren banget mbaaakk... aku harus banyak belajar dari mba Linda
BalasHapushihihi, saya yang belajar dari mbak Maria. sama -sama belajar kita mbak.
HapusSemangat
BalasHapusPenasaran dengan kelanjutan ceritanya
BalasHapushmmm .... ok.
HapusPenasaran juga..
BalasHapussaya juga, hihihi, gimana endingnya nanti.
HapusKutunggu jejak yang ke 2.......
BalasHapusKutunggu jejak yang ke 2.......
BalasHapusNayla .... turut perintah orangtua Nak ...
BalasHapus