Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pak Udin



Ini kisah tentang pak Udin. Pak Udin yang malang dalam kesakitan menuju umur yang ke tujuh puluhan.

Lihatlah, tubuh ringkih harus tetap tertopang, demi uang untuk belanjaan. Sebelum, fajar menyingsing, pak Udin sudah mencuci kain anaknya yang bau pesing dan memasangkan celana tanpa resleting.

Dengan mengangkasakan harapan semoga kelak anaknya jadi orang penting. Dihantarkan anaknya pergi sekolah, tanpa mikir pusing. Sebab biaya dan makan di tanggung si alim.

Tergesa-gesa, ia kembali ke rumah membuka tokonya. Toko manisan yang hanya tersedia barang dua atau tiga, sebab modal sudah menjauh lari ke kantong bininya.

Duh, kasian pak Udin teraniaya, Bini hanya duduk dan main dengan gawainya. Mau pergi, diri sadar sudah renta. Tetap bertahan, pak Udin haknya dihina.

Sungguh jarang melihatnya tersenyum manja, kecuali, ketika ditanya “ Hebat kamu Pak! dapat bini muda.” Baru dia dapat tersenyum meski dipaksa, tidak ada yang tahu, kalau bertemu pak Udin sebentar saja kesakitan dapat ia sembunyikan seperti hal ubannya.

Tetapi kemiskinan itu kentara, datanglah bantuan untuk menolong pak Udin yang yang tak berharta, tetapi sayang, bantuan itupun berpindah pada quota internet bininya

Duh, pak Udin, Kapankah berbahagia? Berganti nasib seperti yang orang-orang bisa. Bersabarlah! Barangkali kelak sang bini menyadari perbuatannya


Muara Bungo, Menjelang tengah malam


Halamansekolah.com
Halamansekolah.com Seorang pembelajar, yang ketika merasa lelah, ia ingat bahwa hidup ini hanya untuk beribadah. Dan momen itu sebentar saja.

Posting Komentar untuk "Pak Udin "