Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Aku, Pengantin Matahari


Lihat pohon mangga didepan Rumah sudah memutik,
Rasa-rasanya baru kemarin ranum buahnya kita petik

Bandingkan sayang, dengan diri yang masih seorang
entah karena apa kau terus memilih melajang
tak ada perubahan
meski berbagai tausyah dihantarkan, menyoal pernikahan

" Ah, Ibu bukankah aku adalah pengantin matahari"
ku jawab sambil senyum senyum sendiri
sangkakan orang matahari itu sendiri
Tapi sejatinya telah memiliki bulan sebagai permaisuri".

"Yakinlah Ibu,
meski waktu belum membuat kami bersatu
Dari bermil-mil jarak
Kehangatan kami tetap merangkak”.

"Sabarlah ibu,
kan ku gubahkan roman sedih ini
menjadi hal terindah
selayaknya kesetiaan hanya ditukar dengan walimah".

Repost, Muara Bungo, 13 Oktober 2019
Halamansekolah.com
Halamansekolah.com Seorang pembelajar, yang ketika merasa lelah, ia ingat bahwa hidup ini hanya untuk beribadah. Dan momen itu sebentar saja.

Posting Komentar untuk "Aku, Pengantin Matahari"