“Tulisan sampah begini
diposting, bakar aja! Eh, jangan! Kasian udaranya. Polusi nanti, nambah kabut asap lagi.”
Pernahkan memperoleh
komentar seperti itu? Bagaimana perasaan ketika memperolehnya? Sedih, kesal
marah? Ingin meringkuk di pojok kamar, menangis? Ingin guling-guling salto? Atau
diam-diam terbesit dalam hati, “eh tunggu ya, tulisanku akan membungkam mulutmu yang seperti tong
sampah?”
Menulis, tentu lebih semangat
jika tulisan yang sudah dibuat, dengan meluangkan waktu, duduk berlama di depan komputer dibaca banyak orang. Dilike banyak orang. Dikomentari untuk lebih baik
lagi. Tetapi takkala mendapati komentar yang sedikit keras. “Aku tu orangnya
mudah down!” kata seseorang, sebut saja namanya Airin. Perasaan down ini
biasanya merembet menjadi takut salah, takut dihina takut menulis lagi. Ha! Kalau sudah begini,
hilang kesempatan jadi penulis.
Jadi harus bagaimana
menyikapinya?
Jadikan tantangan,
biasanya tulisan yang menurut kita bagus, belum tentu menurut orang juga bagus.
Bahkan menurut kita sendiri lho, pernahkan membaca tulisan-tulisan lama yang
sudah diendapkan? Lalu kita tertawa geli membacanya” lho kok aku dulu
menulisnya begini ya?” jadi hilangkan rasa down tersebut, semua butuh proses. Bukankah
keterampilan akan berkembang dimulai dari usaha berkali-kali?
“Aku malah minim like
dan komen, sudah banyak postingan di group menulis.” Curhat seseorang sebut
saja namanya Rani. Nah, disinilah butuh sifat legowo untuk seorang penulis. Sedikit
like tidak mengukur kualitas tulisan bagus atau jelek. Bahkan terkadang tulisan
baru diposting, sedetik kemudian sudah ada yang like. Ketahuan kan! Itu orang baca
judulnya saja.
Jadi, sebenarnya tidak
ada tulisan sampah. Hargai karya diri sendiri dengan mengganggapnya proses
untuk menjadi lebih baik. Kalau kita butuh like dan komen sebagai penyemangat. Lakukan
juga itu untuk karya orang lain. Tinggalkan like dan komentar meskipun berupa
jejak, next dll. Semakin banyak memberi semakin banyak juga mendapat.
Tetapi kembali lagi pada
niat masing-masing, apakah cukup penyemangat itu untuk menjadikan tulisan kita lebih
baik? Bagaimana kalau kita rubah niat untuk tetap mau menulis? kita luruskan niat menulis untuk berbagi kebaikan. Sehingga ada yang like atau bukan kita tetap menulis. Semoga dari
beratus tulisan yang sudah dibuat, ada satu tulisan yang menemukan pembacanya,
menyentuh hatinya, membuat berubah kearah yang lebih baik, sehingga bisa jadi
amal jahiriah. Mengalir terus dan menarik tangan kita untuk ke surga Allah.
emang ngeselin sih kalau ada komentar sampe segitunya.
BalasHapuseh tapi komentar yang "B" aja juga kurang menarik, kayak "terpaksa komen" ehe.
kan jadinya serba salah.
tapi ya namanya publik, mereka kan punya hak berkomentar. kita harus paham hukum itu. walau tak jarang komentar atau respon publik membuat kita jadi malas menulis, kita mah sebagai penulis harusnya lanjut aja ya .. ambil yang baiknya, tinggalkan yang buruknya ... begitu kan Kak?
Bener banget, yang penting terus menulis, sebenarnya ini tulisan untuk menyemangati diri sendiri. semoga tulisan kita menemui pembacanya ya
HapusSebel n marah kl ketemu ada yg komen spt tu. Tp berusaha "bisa" menulis memang tidak gampang ya kak.. Mari bergandeng tangan saling menyemangati. Salam dr kota Tokyo 😘👍
BalasHapussalam dari kota london, terus semangat ya dek, sama sama melangkah semoga bisa sampai ke garis finish. aamiin.
HapusHihihi...aku banget ini mah, tapi gapapa, ga ada pembaca,ya dibaca sendiri saja hihihi
BalasHapusTenang mba, tulisan akan menemukan pembacanya kok
Tetap berkarya yaa 🌹🌹
Semangat ya dek. semangat awal, di pertengahan jalan sampai akhir. aamiin
BalasHapus