Terimakasih Ya Allah, Sudah Beri Hujan
Daftar Isi
Adzan Maghrip
berkumandang, Mumtazia terlihat bergegas mengambil wudhu. Ibunya sudah
membentang tiga sajadah, satu untuknya, satu untuk Mumtazia, satu lagi untuk si
keci, Hiru. Sementara Sang ayah sudah pergi ke Masjid. Mereka berdua shalat
berjamaah, Eh, bertiga ya? Tetapi si kecil Hiru lebih kelihatan mengganggu. Sesekali
ia ikut dalam gerak shalat, lain waktu ia menarik-narik mukena sang kakak. Naik
diatas kepala, ketika ibunya sedang sujud. Seperti main kuda-kudaan. Menggemaskan.
“Bu, ibu tadi berdo’a
apa?” Tanya Mumtazia setelah selesai shalat.
“Rahasia dong!” jawab
ibu sambil melipat mukena.
“Kasih tau, nanti Zia
kasih tau do’a Zia apa?”
“Oh, gitu ya, Ibu do’akan
semoga Mumtazia menjadi anak sholeha dan Hiru menjadi anak yang sholeh, kalau Zia
berdo’a apa tadi?”
“Pengen dikasih Allah
mobil ya?” ibunya mengingat do’a Mumtazia beberapa hari yang lalu, karena
pulang kepanasan, eh, Zia berdo’a sama Allah supaya ayah bisa beli mobil,
sehingga pulangnya tidak kepanasan dan kena debu.
“Pengen ibu cepat gajian
ya, biar bisa beli buku baru?”
“Bukan! Ibu. . .”
“Lalu apa?” sang ibu
mengernyitkan alisnya penasaran.
“Zia, berterimakasih
kepada Allah sudah kasih hujan.”
“Masyaallah.” Ibu terlihat mengusap kepala Mumtazia, matanya berkaca-kaca.
Seiring adzan yang
berkumandang, Allah beri hujan. Hujan yang sudah dirindu-rindukan warga Muara
Bungo. Tidak begitu lama, hanya berkisar 30 menit. Namun, hujan diharapkan bisa
menghapus kabut asap tebal. Kabut asap yang menyelimuti hampir sebulan terakhir.
“Allahumma shoyyiban
naafi’an.” Ibu dan Mumtazia sama-sama membaca do’a ketika turun hujan.
“Alhamdullillah, besok
Zia sekolah, Bu?”
“Belum tau, belum ada
info dari bu guru Zia.”
Sudah hampir seminggu
anak PAUD dan SD diliburkan dalam waktu tidak ditentukan karena kabut asap. Sudah
selama itu juga Mumtazia dan anak-anak lain tidak diizinkan main diluar rumah. Kalau
ada kepentingan yang sangat penting baru mereka diizinkan keluar. Itupun memakai
masker. Pengap, panas dan tidak sehat.
“Tidak seronoklah!”
jawab Mumtazia meniru Upin-ipin
Sungguh, Mumtazia
merindukan sekolah, merindukan teman-teman, merindukan ibu guru, merindukan belajar di sekolah, dan bermain diluar rumah. Semoga hujan menjelang Maghrip tadi
menghilangkan kabut asap.
“Nanti, sesudah Shalat
Isya Zia mau berdo’a lagi ya Bu.”
“Iya, harus. Minta apa
saja kepada Allah!”
“Zia mau minta, supaya
kabut asapnya pergi dan besok Zia bisa sekolah lagi.”
“Aamiin.”jawab sang ibu
BTW Maghrib bukan Maghrip ya... :)