Ketika cinta hanya fiksi?
Daftar Isi
[Dit, Apa kabar? Ini Dinda.] Dinda mencoba menjalin komunikasi lewat
whatApp-nya.
Masih centrang dua unread
[Aku yang sering kau panggil pelangi, ingatkan?]
Dinda mencoba menggiring pikiran Adit ke masa lalu. Masa lalu dimana
mereka bersama, bersuka cita lalu penuh sedu sedan dan luka.
Masa iya dia sudah tidak ingat? Well, bukankah aku cinta pertamanya?” pikir
Dinda.
Keinginan untuk berkomunikasi lagi,
tak hayal karena 10 tahun dalam pencarian sosok yang bisa berlabuh tak jua dia
temui. Fix, mungkin ini bertanda supaya dia kembali ke cinta pertamanya, memperbaiki
pernikahan pertamanya bersama Adit. Sejauh ini, hanya Adit yang yang paling
baik, tempat merebahkan cintanya.
[Alhamdullillah, baik] akhirnya
berbalas juga pesan dari Dinda.
[Kamu apa kabar?]
Dari bertanya kabar, pesan itu terus
bersahut-sahutan. Mengetuk pintu hati, untuk saling memberi, saling meletakkan
cinta di hati masing-masing. Sayangnya, Dinda dan Adit hanya terjebak pada masa
lalu. Jika diulang lagi, ceritanya akan sama seperti sinetron yang ditonton
emak-emak, dengan ending bisa ditebak.
[Apakah kamu bahagia dengan
kehidupanmu sekarang?] Tanya Dinda di Whatappnya.
[Bahagia? Tentu.] Jawab Adit, sambil
memandang istri dan anak-anaknya yang tertidur pulas.
[lebih bahagia dari pada dengan ku
dulu?]
[Iya]
[bukankah hanya aku satu-satunya
pelangimu, seperti yang pernah kalau bilang dulu , aku membuat hidupmu penuh
warna]
[Betul]
[lalu?]
[Engkau pelangi, hanya indah untuk
dilihat. Posisimu yang jauh di langit. Menakdirkan aku hanya untuk melihatmu.
Bukan memilikimu.]
[Ah, bahkan kau mengutukku dengan
kata-kata romantis. Jujur! Apakah kau masih mengingatku]
[Aku jawab jujur?]
[ya]
[Meskipun menyakitkan?]
[Aku sudah terbiasa dengan rasa
sakit]
[Aku tak pernah mengingatmu barang
semenit pun, maaf! Kebutuhan keluarga, susu, pampers, uang sekolah anak,
sandang pangan istri, membuat aku melepas banyak waktu untuk bekerja keras
memenuhinya. Sehingga tidak sempat memikirkan siapapun kecuali keluargaku.]
###
Nomor WhatApp Adit langsung diblokir
oleh Dinda. Untuk kesekian kalinya ia merasa dicampakkan. Apa sih kelebihan
istri Adit yang sekarang? Adinda mengenalinya sebagai perempuan udik yang tidak
pandai berdandan. Cantik? Kalau diberi penilaian tidak sampai ke angka delapan.
Sementara, dirinya yang kata orang sempurna memperoleh cinta yang absurb. Cinta
yang ditulis pada setiap harapannya adalah fiksi. Meskipun terangkai indah, dan
orang mengungkapkan kata-kata wah. Tetap saja cinta yang diharapan itu hanyalah
fiksi.
Dinda, duduk memeluk kedua lututnya
di pojok kamar. Dihempaskan telpon genggamnya. Punggungnya bergerak naik turun,
ditumpahkan segala asa dan harapan bersama air mata yang luruh. Mengapa cinta
yang diharapkan lekas menjauh?
Di tempat lain, Adit memainkan
handphonenya. Memutar benda persegi itu dengan kedua tangannya. Sambil
tersenyum sendu, dia merasa bersyukur, nomornya diblokir oleh Dinda. Sungguh, ia
tidak ingin menghianati istrinya, meskipun sekedar menyebar rasa bahagia ketika
membalas chat-an dari Dinda. Meskipun dari hati, ada rasa kasihan. Kenapa
sampai saat ini Dinda belum punya pasangan? Tetapi sekali lagi itu bukan
urusannya. Urusannya cukup, istri dan anak-anaknya. Memang cinta Adit tidak
seindah dalam fiksi yang beredar di pasaran, tetapi percayalah cinta itu lebih
indah karena takdir Tuhan berperan.
Salam kenal dari saya, tim konstantinopel 😊