Kemana Om Gagah Pergi?
Daftar Isi
Seorang gadis kecil tanpa alas kaki
terlihat mengendap-endap, mengintip dari pagar yang mengelilingi kantor Polres.
Sesekali ia terlihat tersenyum sendiri saat memperhatikan polisi dan polwan
yang bersiap-siap apel pagi.
“Ya, Allah semoga besok kalau aku sudah
besar jadi polisi.” gumamnya.
Tiba-tiba tanpa ia sadari,
dibelakang ada seseorang yang sedari tadi memperhatikan. Penasaran dengan apa
yang dilakukan si gadis, ia membungkuk dan bertanya, “sedang apa, Dek?”
Ditegur
begitu, si gadis panggil saja Soleha, merasa terkejut. Dengan ragu ia
memperlihatkan satu Loyang onde-onde.
“Maaf, Om! Saya ju-ju-alan
onde-onde.” Jawabnya terbata, sebenarnya bukan itu, dia sangat kagum dengan seragam
polisi. Dia penasaran. Dia ingin menjadi polisi. Tapi malu mengakui kalau dia
baru saja mengintip para polisi.
“Boleh, Om cicip?” Sambil mengambil
satu onde-onde, sang polisi itu mengajak duduk di sebuah kursi dibawah pohon.
“Hmm, onde-onde kamu enak, siapa yang buat?”
“Ibu, Om.”
“Kamu tidak sekolah?”
“Sekolah Om, tetapi masuk siang. Pagi jualan dulu nanti selesai Ashar
jualan lagi.”
“Wah, hebat kamu ya! Om beli semua deh.”
“Serius! Om. Terimakasih. Semuanya 45.000.” Sang polisi mengambil
selembar uang berwarna biru. “Kembaliannya untuk kamu saja.” Tambahnya lalu
ngeloyor pergi apel pagi.
###
Siapa sangka pertemuan pagi itu, menjadi pertemuan yang rutin dilakukan
setiap pagi. Soleha tidak perlu datang mengendap-ngendap lagi. Bahkan kalau
tidak bertemu dengan Om gagah, ia sudah berani mencarinya di lingkungan kantor.
Bertanya ke sana sini dengan polwan dan polisi yang rapi-rapi.
Pertemuan dengan Om gagah, tidak hanya soal menjajakan onde-onde. Tidak masalah
dia hanya membeli satu atau dua. Dekat dengan beliau, terasa nyaman. Om gagah
tidak risih dengan penampilan soleha yang ala kadarnya. Bahkan dia bisa
menggantikan posisi ayahnya yang sudah berpulang untuk mengarahkan belajarnya. Dia
tidak malu menceritakan cita-citanya ingin jadi seorang polwan.
“Belajar yang rajin, ya!”
“Siap!” jawab Soleha dengan mengangkat tangan untuk hormat ketika dia
pamit undur diri.
Apapun yang dia lakukan sudah seperti polisi cilik, mandiri, disiplin
dan berani. Itu berkat motivasi yang diberikan oleh Om gagah.
Tidak hanya itu Soleha terkagum-kagum dengan beliau, karena sering
mendapati om gagah adzhan di Mushala. Anehnya ketika beliau yang adzhan semua
polisi langsung buru-buru berbondong menuju Mushala. Barangkali karena suara om
gagah yang bagus pikir Soleha.
###
Pagi itu, seperti biasa, Soleha
melewati Polres hendak menjajakan onde-onde. Akan tetapi tidak seperti
biasanya, di Polres ramai sekali. Banyak orang berpakaian rapi. Soleha yang
berukuran kecil sangat sulit menyelinap masuk. Demi mengungkap rasa
penasarannya, dia beranikan diri menembus keramaian barisan. Ada spanduk
bertuliskan PERPISAHAN BAPAK KAPOLRES. Dan disana, om gagah berdiri
berkalungkan bunga. Jadi, selama ini Om gagah itu bapak kapolres. Yang berteman
dengan soleha itu bapak Kapolres? Dan yang akan pergi itu berarti om gagah?
Entah kekuatan dari mana, Soleha
menubruk om gagah, memeluk lututnya. Air
mata tidak bisa ditutupi. Basah melimpah ruah. Tidak peduli dengan tamu
undangan yang hadir. Sungguh gadis itu merasa sangat kehilangan. Om gagahpun
demikian, air matanya jatuh untuk pertama kali di depan umum, dia sudah jatuh
hati kepada Soleha, menganggap soleha seperti anak sendiri.
“Teruskan belajarnya ya, Nak!” hanya
kata-kata itu yang mampu keluar.
###
Sepulang sekolah, Soleha meminta
izin kepada ibunya untuk tidak jualan. Dia ingin ke rumah bude Sri. Menonton TV.
Kata teman-temannya Soleha jadi viral karena acara perpisahan dengan om gagah
itu. Ada yang merekam. Soleha penasaran. Rindu juga. Demi menghibur hati Soleha
yang sedih, maka diizinkan oleh ibunya untuk pergi.
Barangkali yang dibilang temannya
tidak benar, sebab sudah dua jam soleha menonton TV. Tidak ada satu chanel TV
yang menyiarkan acara viral yang disebut teman-teman. Yang ada acara live.
Soleha tidak tahu betul, sebab jarang menonton TV, yang dia lihat ada
sekelompok orang yang berdiri didepan gedung megah, dihadang polisi banyak. Entah
karena apa dia belum bisa mencerna. Sesekali polisi menyiramkan gas air mata. Seperti
apa gas air mata itu, Soleha tidak tahu, tetapi dia dapat melihat orang-orang
kesakitan.
Ada rasa perih yang menjalar, kenapa
teman-temannya om gagah seperti itu. Sempat terpikir untuk mengganti
cita-citanya yang sempat dia ucapkan. Kemana om gagah pergi? Membawa sikap
santun yang patut diapresiasi.