Izinkan Kami Bernapas

Daftar Isi

Asap pekat
Ulah manusia-manusia laknat
Menyebar ketakutan
Kebiri pernapasan

Sesakku menumbuhkan umpat
Kepada engkau wahai manusia laknat
Tergeletaklah, tak berdaya
Mengambil hak kami tanpa upaya

Kemana kuberikankan rasa gemuruh di hati
Pada pejabat negeri, sayangnya mereka tak peduli
Tak merasa, serasa bukan urusan mereka
Kami disini, bernapaspun sudah hampir tak bisa

Batinku rasa rindu
Pada janji hujan, setia kumenunggu
Hilang asap pekat manusia laknat
Berganti musim, agar kami selamat

Lihatlah, korban mulai berjatuhan
Sang bayi mungil sore masih bisa berjalan
Tiba pagi, sang ibu ditinggal pergi
Berpulang pada ilahi rabbi

Sang nenek, terpaksa kami hantar ke pemakaman
Sebab sesak membuatnya punya tempat nyaman
Dimana di dunia, tidak ada lagi tempat untuknya
Untuk bisa bernapas bebas dan lega

Sang emak tangguh, tidak benar-benar tangguh
Sebab tanpa masker, tersengal-sengal akhirnya lumpuh
Biaya rumah sakit dikeluarkan
Yang seharusnya untuk sekolah anak tersimpan

Tolong!
Izinkan kami bernapas







16 komentar

Komentar yang baik akan kembali ke pemiliknya. Jadi, berkomentarlah yang baik saja.
Comment Author Avatar
23 September 2019 pukul 07.38 Hapus
Bagus puisinya. Semoga 1 dari sekian pejabat kita ada yg membacanya sehingga bisa menyelesaikan permasalahan asap ini. Sedih sekali tidak ada respon sama sekali dari orang2 penting
Comment Author Avatar
1 Oktober 2019 pukul 12.14 Hapus
Late respon ya mbak, kayak balas koment ini. sekarang alhamdullillah sudah hujan terus
Comment Author Avatar
23 September 2019 pukul 09.38 Hapus
Sangat menyentuh,semoga asap disana mulai berkurang, semangat kak
Comment Author Avatar
1 Oktober 2019 pukul 12.14 Hapus
Terimakasih, sudah hilang sekarang dek
Comment Author Avatar
23 September 2019 pukul 12.53 Hapus
Baca puisinya aku jadi geram sama pemerintah.. hiiikkkssss
Comment Author Avatar
1 Oktober 2019 pukul 12.14 Hapus
hanya hujan solusinya mbak, disitu Allah langsung kasih hujan
Comment Author Avatar
23 September 2019 pukul 16.01 Hapus
Makin banyak kita yg kritis makin baik. Suatu saat akan jadi catatan sejarah. Seperti kita pun tak diam dg pena yg tajam. Semangat kk
Comment Author Avatar
Raa
23 September 2019 pukul 17.25 Hapus
keren puisinya kak
Comment Author Avatar
1 Oktober 2019 pukul 12.19 Hapus
Terimakasih dek
Comment Author Avatar
23 September 2019 pukul 20.41 Hapus
Ya Allah semoga asap disana berkurang ya kak aamiin
Comment Author Avatar
1 Oktober 2019 pukul 12.19 Hapus
Aamiin, sudah Dek, sudah hujan
Comment Author Avatar
24 September 2019 pukul 02.06 Hapus
Asap.... Segeralah kau pergi... Huhuhu
Comment Author Avatar
1 Oktober 2019 pukul 12.21 Hapus
Hihihi, sudah pergi, Alhamdullillah
Comment Author Avatar
24 September 2019 pukul 05.29 Hapus
Puisinya bagus, tentang tema terkini
Comment Author Avatar
1 Oktober 2019 pukul 12.21 Hapus
Terimakasih, yang berseliweran di sekitar, mudah nulisnya mbak