Asap pekat
Ulah manusia-manusia
laknat
Menyebar ketakutan
Kebiri pernapasan
Sesakku menumbuhkan
umpat
Kepada engkau
wahai manusia laknat
Tergeletaklah,
tak berdaya
Mengambil hak
kami tanpa upaya
Kemana kuberikankan
rasa gemuruh di hati
Pada
pejabat negeri, sayangnya mereka tak peduli
Tak merasa,
serasa bukan urusan mereka
Kami disini,
bernapaspun sudah hampir tak bisa
Batinku rasa
rindu
Pada janji hujan,
setia kumenunggu
Hilang asap
pekat manusia laknat
Berganti musim,
agar kami selamat
Lihatlah,
korban mulai berjatuhan
Sang bayi
mungil sore masih bisa berjalan
Tiba pagi,
sang ibu ditinggal pergi
Berpulang pada
ilahi rabbi
Sang nenek,
terpaksa kami hantar ke pemakaman
Sebab sesak
membuatnya punya tempat nyaman
Dimana di dunia,
tidak ada lagi tempat untuknya
Untuk bisa bernapas
bebas dan lega
Sang emak
tangguh, tidak benar-benar tangguh
Sebab tanpa
masker, tersengal-sengal akhirnya lumpuh
Biaya rumah
sakit dikeluarkan
Yang seharusnya
untuk sekolah anak tersimpan
Tolong!
Izinkan
kami bernapas
Bagus puisinya. Semoga 1 dari sekian pejabat kita ada yg membacanya sehingga bisa menyelesaikan permasalahan asap ini. Sedih sekali tidak ada respon sama sekali dari orang2 penting
BalasHapusLate respon ya mbak, kayak balas koment ini. sekarang alhamdullillah sudah hujan terus
HapusSangat menyentuh,semoga asap disana mulai berkurang, semangat kak
BalasHapusTerimakasih, sudah hilang sekarang dek
HapusBaca puisinya aku jadi geram sama pemerintah.. hiiikkkssss
BalasHapushanya hujan solusinya mbak, disitu Allah langsung kasih hujan
HapusMakin banyak kita yg kritis makin baik. Suatu saat akan jadi catatan sejarah. Seperti kita pun tak diam dg pena yg tajam. Semangat kk
BalasHapusAmazing
BalasHapusRealizing
Hapuskeren puisinya kak
BalasHapusTerimakasih dek
HapusYa Allah semoga asap disana berkurang ya kak aamiin
BalasHapusAamiin, sudah Dek, sudah hujan
HapusAsap.... Segeralah kau pergi... Huhuhu
BalasHapusHihihi, sudah pergi, Alhamdullillah
HapusPuisinya bagus, tentang tema terkini
BalasHapusTerimakasih, yang berseliweran di sekitar, mudah nulisnya mbak
Hapus